Stats

21 Maret 2011

Ilonthera, Rumah Terapi Gratis Pasien HIV-AIDS


Artikel Terkait Dari Ratnawati untuk Tuna Rungu Yossiady, Penyulap Desa Wisata Budaya Riedl Bawa Timnas Meraih Mimpi 20/03/2011 13:22 | Sosok Liputan6.com, Bandung: Sebuah rumah asri di kawasan Ciumbuleuit, Bandung, Jawa Barat, digunakan sebagai tempat pemulihan puluhan pasien pengidap HIV-AIDS yang tidak mampu. Tempat ini biasa disebut Rumah Terapi Ilonthera. Penyembuhannya dilakukan dengan terapi jiwa, intuisi, visualisasi, pemberian air heksagonal, terapi urine, serta terapi energi.

Pemilik rumah terapi ini adalah Richard Claproth, mantan Sekretaris Jenderal Kementerian BUMN yang juga dikenal sebagai pakar hipnoterapi. Semuanya berawal pada tahun 2000 ketika sang istri tercinta meninggal dunia setelah dokter memvonisnya mengidap kanker. Menurut dokter, tak ada yang bisa dilakukan untuk penyembuhan. "Padahal, menurut saya seharusnya setiap penyakit bisa diobati," ujar Richard.

Pria kelahiran Ambon, Maluku, 58 tahun lalu ini mengolah 40 jenis herbal yang dipercaya bisa menyembuhkan berbagai penyakit, termasuk HIV-AIDS yang sudah terdaftar di Departemen Kesehatan sejak 2004.

Semua ramuan itu didapat Richard dari berbagai petunjuk seperti mimpi, membaca buku, dan bertemu banyak orang dari berbagai disiplin ilmu, yang kemudian digabungkan dan hasilnya menjadi bentuk pengobatan, di antaranya untuk demam berdarah dan malaria. "Semuanya gratis, tidak ada agenda di belakang itu, betul-betul sifatnya melayani, sesuai dengan kepercayaan saya," jelasnya.

Richard memilih Jabar sebagai lokasi rumah terapinya karena saat ini Jabar adalah provinsi dengan penderita AIDS nomor satu di Indonesia dan nomor tiga di dunia. Ia dan para donatur mengeluarkan Rp 200 juta hingga Rp 300 juta sebagai biaya operasional per bulannya. Biaya terbanyak dikeluarkan untuk tes darah berkala.

Dari 70 pasien yang menjalani terapi selama enam bulan, 33 di antaranya sudah tak terdeteksi virusnya. Ami, salah seorang pasien, menuturkan bahwa sekarang perasaannya sudah jauh lebih nyaman dan tidak terlalu memikirkan penyakit HIV-AIDS yang diidapnya. Sebelumnya, mental Ami benar-benar terguncang. "Beberapa kali saya minta sama dokter untuk disuntik mati saja, tapi dokternya tidak mau," cerita Ami tentang masa lalunya.

Kesembuhan pasien memang ditentukan oleh kedisiplinan. Namun, ada pula yang kondisinya naik turun. Tak jarang pula yang langsung sembuh. Untuk membuat kesembuhan lebih optimal, rumah terapi menyediakan fasilitas menginap yang dilayani oleh 27 staf, termasuk dokter dan perawat 24 jam. Filosofi Richard untuk selalu melayani sesama tersebut didukung penuh keluarga.

Kedepan, bapak lima anak ini berencana membangun rumah terapi AIDS dan bekerja sama dengan rumah tahanan di sejumlah kota di Indonesia. Richard juga akan menjual bebas herbal temuannya agar HIV-AIDS tidak lagi menjadi halangan seseorang untuk hidup normal.(ADO)





View the Original article

0 komentar

Posting Komentar