Stats

04 Juli 2011

Gen Manusia Tidak Suka Lihat Wajah Murung

Gen Manusia Tidak Suka Lihat Wajah Murung

Merry Wahyuningsih - detikHealth

Your browser does not support iframes.



img
(Foto: thinkstock)Reading, Inggris, Hampir semua orang lebih suka melihat wajah yang terlihat bahagia ketimbang wajah yang murung, meski hal tersebut tidak berlaku pada penyandang autis. Lantas mengapa orang lebih suka melihat wajah yang bahagia?

Sebuah studi baru menemukan bahwa mutasi pada gen tertentu dapat membuat orang lebih banyak menghabiskan waktu melihat wajah yang tampak bahagia dibanding orang lain. Gen tersebut adalah cannabinoid receptor 1 (CNR1) dalam sel otak.

Peneliti mengatakan mutasi pada gen ini akan membuat perbedaan dalam cara orang memproses emosi pada wajah.

"Ada faktor genetik yang mempengaruhi aspek-aspek paling dasar dari perilaku sosial kita, misalnya berapa lama kita melihat wajah bahagia," kata Bhismadev Chakrabarti, peneliti dan asisten profesor di University of Reading di Inggris, seperti dilansir Livescience, Kamis (30/6/2011).

Hasil studi ini juga memberikan wawasan tentang genetika autisme. Individu dengan autis memiliki kesulitan dalam memahami emosi wajah dan jarang melihat wajah orang.

Peneliti menyebutkan bayi cenderung melihat lebih lama pada rangsangan tertentu, termasuk wajah bahagia. Satu hipotesis adalah karena bayi mendapat 'penghargaan' pada otaknya, melalui pelepasan zat kimia tertentu ketika mereka melihat benda-benda menyenangkan.

Cannabinoid receptor 1 terlibat dalam respon otak untuk penghargaan. Gen ini mengontrol pelepasan dopamin, yaitu bahan kimia otak yang membuat orang merasa senang dan bahagia. Dari studi awal sebelumnya, peneliti menduga gen CNR1 mungkin membantu menentukan fiksasi pandangan.

Peneliti menemukan ada hubungan antara mutasi tertentu pada gen CNR1 dan berapa lama orang memandang wajah bahagia, tetapi tidak pada wajah jijik atau murung. Hal ini sesuai dengan teori mereka, karena wajah murung tidak akan bermanfaat.

Studi ini telah dipublikasikan secara online 29 Juni dalam jurnal Molecular Autisme.




(mer/ir)



View the Original article

0 komentar

Posting Komentar