Stats

04 Juli 2011

Risiko Mati Mendadak Meningkat Saat Gajian

Risiko Mati Mendadak Meningkat Saat Gajian

AN Uyung Pramudiarja - detikHealth

Your browser does not support iframes.



img
(Foto: thinkstock)Jakarta, Apapun penyebabnya, kematian bisa datang pada waktu-waktu yang tidak terduga. Namun berdasarkan penelitian terbaru, risiko mati mendadak pada karyawan berpenghasilan tetap cenderung meningkat dalam waktu sepekan sejak tanggal gajian.

Hubungan antara tanggal gajian dengan risiko kematian mendadak terungkap dalam sebuah penelitian di University of Notre Dame. Sang peneliti, William Evans mengamati jutaan kasus kematian pada 4 kelompok penerima gaji dengan berbagai latar belakang pekerjaan.

Meski pada tiap kelompok risikonya bervariasi, namun semuanya memiliki kecenderungan yang sama untuk mengalami peningkatan pada masa-masa setelah gajian. Bahkan setelah disesuaikan dengan faktor lain termasuk perbedaan frekuensi menerima gaji, kecenderungan itu tetap teramati.

Salah satu penyebab utama kematian mendadak setelah mendapatkan gaji bulanan yang ditunggu-tunggu adalah serangan jantung. Saat mendapat uang dalam jumlah banyak, aktivitas karyawan cenderung meningkat sehingga lebih rentan mengalami serangan jantung.

"Setelah menerima gaji, perilaku seseorang cenderung menjadi lebih aktif. Mereka pergi makan-makan, belanja, nyetir kesana-kemari, mabuk-mabukan dan sebagainya," ungkap Evans seperti dikutip dari Chinadaily, Senin (4/7/2011).

Peningkatan aktivitas fisik secara mendadak setelah sebulan kurang gerak seringkali bisa memicu peningkatan tekanan darah. Ditambah dengan mabuk-mabukan, maka kemungkinan untuk mengalami serangan jantung akan meningkat pada orang-orang yang memang memiliki faktor risiko.

Selain serangan jantung, penyalahgunaan obat terlarang dan bahan berbahaya termasuk alkohol juga merupakan pemicu kematian mendadak setelah gajian. Setelah merayakan gajian dengan minum-minum di bar, karyawan yang pulang membawa kendaraan sendiri sering mengalami kecelakaan maut di jalan.

Hasil penelitian ini tentunya hanya berlaku bagi karyawan yang memang berisiko sakit jantung maupun punya perilaku berisiko, seperti suka jalan-jalan dan minum minuman keras. Peningkatan risiko mati mendadak tidak terjadi pada karyawan yang kondisi fisiknya sehat dan perilakunya lurus-lurus saja.

Publikasi hasil penelitian ini telah dimuat dalam Journal of Public Economics.

(up/ir)



View the Original article

0 komentar

Posting Komentar