05 Juli 2011
Agar Liburan Anak Makin Berkesan
Avocado Juice Powerful Cellulite Removal
of any woman. However, there are so many factors that make you end up
being very familiar with cellulite. According to Christine Bailey, a
nutritionist and author of The Juice Diet, hormonal imbalances,
genetic factors, excessive weight gain, blood circulation problems,
fluid retention in the body, as well as stress, quite a role in
causing cellulite.
"Actually, cellulite is more to do with hormones than the body fat
levels. However, that does not mean you have resigned to just accept
it," he said. Come on, soon conquered by eating the right foods!
Green juice
Drink plenty of water can help the body release the dirt and reduce
water retention. In addition, Bailey also encourages us to drink juice
of green food, such as avocado, cucumber, spinach, and broccoli. Add
the apples to taste sweeter. In addition, you can also get a green
food source of vegetables such as broccoli and cauliflower, which can
help balance estrogen levels. "If your estrogen is not balanced, it
will usually occur on skin problems," said Bailey.
Foods high in protein
Fish, chicken, eggs, nuts, and legumes contain many fatty acids that
can help the body produce collagen, so as to maintain skin elasticity.
Red fruit
Red wine contains substances that can inhibit an enzyme that breaks
down collagen. Meanwhile, the consumption of strawberries, and
raspberries are high in antioxidants can help skin cell regeneration
process, according to Bailey.
Good fats
Foods that are rich in Omega-3 will make the skin always moist and
improve blood circulation in the body. Consumption of meat sardines,
mackerel, tuna, or salmon, at least twice a week. Or, you can also
find sources of Omega-3 from nuts, like walnuts, flaxseed, and
soybean.
Goji give
Dr. Howard Murad, dermatologist and author of The Cellulite Solution,
refer fruit of this one as an exterminator of cellulite. Therefore,
fruit-shaped pink and small will provide micronutrient intake in
abundance, which is good for the skin cells. Murad recommends to make
goji give as a snack, or drink about 30-90 ml of juice goji give every
day.
Cegah Kanker, Makan Pepaya
Pepaya adalah salah satu buah yang mengandung lycophene, yang dikenal sebagai zat yang sangat efektif dalam mencegah dan memerangi penyebaran sel kanker.
Seperti dikutip dari Menshealth, penelitian baru- baru ini menemukan bahwa lycophene menstimulasi tingkat dari sel pertahanan di dalam tubuh untuk melawan kanker. Hal ini bisa mencegah kerusakan DNA dan menghambat penyebaran kanker.
Para peneliti dari dari universitas Florida menemukan bahwa Pepaya efektif sebagai agen anti kanker untuk melawan jenis kanker seperti rahim, payudara, hati, paru-paru dan pankreas. Hasil dari penelitian itu dipublikasikan dalam jurnal Ethnopharmacology.
Hal ini diketahui setelah para peneliti mengadakan pengujian menggunakan teh yang dibuat dari ekstrak daun pepaya kering. Buah itu dikenal bisa meningkatkan zat kimia yang mengatur sistem kekebalan tubuh.
Dr Nam Dang dari Universitas Florida mengatakan bahwa ekstra pepaya yang diuji di laboratorium ini tak memiliki efek samping beracun terhadap sel yang normal. Sehingga kemungkinannya ia bisa digunakan sebagai obat alternatif. Penelitian lanjutan masih diperlukan untuk menentukan efek yang dihasilkannya jika ia masuk kedalam tubuh.
Dalam hal kandungan lycophene, ternyata Pepaya juga memiliki kandungan lain berupa sumber vitamin C, potasium dan asam folat yang membuatnya menjadi buah yang sangat menyehatkan.
Buah buahan lainnya dan sayuran yang mengandung lycophene yang cukup baik adalah tomat, semangka, anggur, dan secara umum makanan yang mengandung lycophene memiliki daging yang penuh warna.(*)
(yud)
View the Original article
Jutaan Pekerja Kantoran Baru Bisa Makan Siang Jam 3 Sore
AN Uyung Pramudiarja - detikHealth
Your browser does not support iframes.
foto: ThinkstockLondon, Sebuah survei mengungkap, 1 dari 3 pekerja kantoran tidak bisa makan siang tepat waktu. Kesibukan yang terlalu padat membuat sebagian di antaranya baru bisa makan setelah jam 3 sore, sedangkan sisanya terpaksa makan siang sebelum jam 11.
Manaaz Ahtar, Head of Marketing di jaringan warung sandwich ternama Subway yang melakukan penelitian tersebut menilai data ini membuktikan tingginya pressure atau tekanan di tempat kerja. Sampai-sampai, untuk makan siang tepat waktu saja tidak ada waktu.
"Deadline yang tidak fleksibel membuat orang-orang sering merasa tidak punya cukup waktu," ungkap Ahtar seperti dikutip dari Telegraph, Senin (4/7/2011).
Dalam survei yang melibatkan 2.067 orang ini terungkap, 64 persen pekerja kantoran pilih tidak makan saat istirahat siang. Aktivitas yang lebih banyak dilakukan saat istirahat antara lain melanjutkan pekerjaan yang belum selesai, belanja, menyendiri atau mengatur keuangan.
Fakta lain yang terungkap adalah lebih dari sepertiga atau tepatnya 35 persen pekerja kantoran terpaksa makan siang terlalu pagi atau terlalu sore. Diperkirakan 2,9 juta pekerja di Inggris terpaksa makan siang sebelum jam 11 sementara 10 juta orang baru bisa makan setelah jam 3 sore.
Salah satu alasan untuk memilih mengerjakan aktivitas lain saat istirahat siang adalah waktu yang tersedia untuk istirahat kurang lama. Sebanyak 55 persen responden menilai waktu istirahat yang diberikan terlalu singkat sehingga tidak sempat makan.
Kalaupun bisa makan saat istirahat, keterbatasan waktu membuat para karyawan cenderung makan dengan terburu-buru. Berbagai penelitian menunjukkan, makanan yang tidak dicerna dengan baik lebih berisiko menyebabkan kegemukan dan berbagai masalah metabolisme seperti diabetes.
Namun pola makan dengan jadwal yang tidak tetap juga tidak lebih baik, mmeski mungkin pada saat itu tidak terburu-buru. Dalam jangka panjang, pola makan seperti ini bisa merusak mekanisme sinyal lapar dan kenyang sehingga rentan mengalami gangguan pencernaan termasuk sakit maag.
(up/ir)
View the Original article
Tubuh Manusia Bisa Memproduksi Morfin Sendiri
AN Uyung Pramudiarja - detikHealth
Your browser does not support iframes.
foto: ThinkstockJakarta, Para pecandu bisa menghabiskan seluruh hartanya hanya untuk mendapatkan morfin. Padahal menurut penelitian, tubuh manusia juga bisa memproduksi morfin sendiri dalam jumlah yang cukup untuk sekedar meredakan nyeri dalam kondisi tertentu.
Para peneliti dari Donald Danforth Plant Science Center di St Louis, Missouri menemukan jejak senyawa morfin dalam urine manusia dan mencit. Temuan ini menunjukkan bahwa manusia dan mamalia atau hewan menyusui lainnya juga memproduksi morfin sendiri.
Morfin yang diproduksi oleh tubuh mamalia kadarnya sangat kecil sehingga sulit diamati. Tim peneliti yang dipimpin oleh Meinhart Zenk baru bisa mendeteksinya pada urine mencit setelah menyuntiknya dengan senyawa tetrahydropapaveroline (THP).
THP diketahui merupakan senyawa alami yang dihasilkan oleh otak manusia maupun mamalia lainnya. Setelah kadarnya ditingkatkan dengan cara disuntik, senyawa ini mengalami perubahan struktur di dalam tubuh menjadi morfin dan baru bisa terdeteksi di urine.
Selama ini, satu-satunya makhluk hidup yang diketahui mampu memproduksi morfin hanya tanaman papaverin yang menggunakannya sebagai mekanisme pertahanan diri. Kelinci misalnya, tidak mau makan papaverin karena takut gerakannya jadi lambat sehingga gampang dimangsa predator lain yakni elang.
Pertanyaan yang muncul kemudian adalah, untuk apa manusia dan mamalia lain memproduksi morfin? Dugaan sementara, morfin juga digunakan oleh tubuh mamalia sebagai salah satu bentuk pertahanan diri meski mekanismenya tidak sama seperti pada papaverin.
Pada mamalia, kadar morfin yang dihasilkan sangat kecil dan hanya cukup untuk sedikit meredakan nyeri. Saat diserang predator, manusia atau mamalian lain memanfaatkan morfin alami di tubuhnya untuk menahan sakit sehingga punya kesempatan lebih besar untuk melarikan diri.
"Untuk saat ini, dugaan tersebut benar-benar masih sangat spekulatif," ungkap Zenk yang berencana mengamati apakah memang terjadi peningkatan kadar morfin ketika terjadi cedera pada kecelakaan, seperti dikutip dari Nationalgeographic, Senin (4/7/2011).
Morfin merupakan narkotika yang dihasilkan dari tanaman papaverin dan sering disalahgunakan. Karena bisa menyebabkan ketagihan, penggunaan morfin untuk keperluan medis sangat dibatasi hanya untuk mengatasi nyeri kronis yang sudah tidak memiliki pilihan pengobatan yang lain.
(up/ir)
View the Original article
Memaksakan Diri Masuk Kerja Saat Sakit Bisa Memicu Depresi
AN Uyung Pramudiarja - detikHealth
Your browser does not support iframes.
foto: ThinkstockJakarta, Karyawan yang tetap bekerja meski sedang sakit sering dianggap penuh semangat sehingga banyak mendapat pujian. Padahal untuk jangka panjang, perilaku yang disebut juga presenteeisme ini bisa memicu depresi dan mengurangi produktivitas.
Bukan itu saja, mengabaikan kebutuhan untuk beristirahat saat sedang sakit juga bisa meningkatkan risiko lain seperti kelelahan, migrain serta nyeri otot dan tulang. Bahkan pada beberapa oorang yang punya gangguan jantung, hal itu bisa memperburuk kondisinya.
Penelitian terbaru yang dimuat British Medical Journal mengungkap, 85 persen karyawan pernah memaksakan diri masuk kerja saat kondisi tubuhnya tidak fit, umumnya karena terserang flu. Sekitar 25 persen di antaranya terjadi dalam sebulan terakhir.
Dalam jangka pendek, karyawan tersebut akan mendapatkan pujian di lingkungan kerja atas semangatnya. Namun untuk jangka panjang, pujian itu bisa menjerumuskan seseorang pada keletihan fisik dan mental yang akhirnya justru menurunkan produktivitas.
Karyawan yang sering memaksakan diri biasanya melakukan pekerjaan yang berhubungan dengan pelayanan langsung, misalnya guru dan tenaga kesehatan. Selain faktor ingin mendapat pujian, rasa tanggung jawab kepada pasien dan murid-muridnya juga mendorong seseorang untuk mengabaikan sakitnya.
Dr Olubiyi Adesina, konsultan endokrinologi dari Federal Medical Center di Ogun State mengatakan bahwa stres saat bekerja sangat mempengaruhi daya tahan tubuh. Stres yang kronis bisa memicu depresi dan patah semangat (burnout) sekaligus memperburuk penyakitnya.
"Dalam kondisi stres, segala sesuatu bisa menjadi penyakit atau memperburuk penyakit," ungkap Dr Olubiyi seperti dikutip dari Tribune.com.ng, Senin (4/7/2011).
Keinginan untuk tetap bekerja saat kondisi fisik tidak memungkinkan sering disebut dengan istilah presenteeisme, kebalikan dari absenteeisme. Bagi perusahaan, presenteeisme sering memicu kerugian lebih besar dari absenteeisme karena stres justru mengurangi produktivitas.
(up/ir)
View the Original article
Jumlah Perokok Terbanyak di Kalteng, Perokok Berat di Babel
AN Uyung Pramudiarja - detikHealth
Your browser does not support iframes.
foto: ThinkstockJakarta, Jumlah warga Indonesia yang menghisap rokok mencapai 34,7 persen. Data Kementerian Kesehatan mencatat jumlah perokok paling banyak terdapat di Kalimantan Tengah, sementara konsumsi batang rokok per hari yang dikonsumsi paling banyak ada di Bangka Belitung.
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 mengungkap populasi perokok di Provinsi Kalimantan Tengah mencapai 43,2 persen, tertinggi dibanding provinsi lain di Indonesia. Sementara populasi perokok paling rendah ada di Sulawesi Tenggara yakni 28,4 persen.
Sekitar 52,3 persen perokok di Indonesia menghisap 1-10 batang/hari. Sisanya, 41 persen menghisap 11-20 batang/hari, 4,7 persen menghisap 21-30 batang/hari dan hanya 2,1 persen yang sanggup menghabiskan lebih dari 31 batang/hari.
Berdasarkan jumlah perokok berat yang menghabiskan lebih dari 31 batang/hari, Bangka Belitung mengungguli provinsi lain dengan 16,2 persen. Provinsi ini juga menempati urutan kedua untuk jumlah perokok yang mengonsumsi 21-30 batang/hari dengan 8,5 persen, di bawah Aceh dengan 9,9 persen.
Perokok yang mengonsumsi lebih dari 31 batang/hari biasanya dikategorikan sebagai perokok berat. Dengan asumsi waktu istirahatnya 8 jam/hari, maka 31 batang rokok dihabiskan oleh seorang perokok berat dalam sisa waktu 16 jam atau rata-rata 1 batang/30 menit.
Kondisi ini cukup memprihatinkan bila dibandingkan dengan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) yang mengatakan bahwa pada keluarga miskin, belanja terbesar ke-2 setelah beli beras adalah untuk membeli rokok. Bahkan dibandingkan untuk beli telur kaya protein, anggaran untuk rokok masih lebih besar.
Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Kementerian Kesehatan, Prof Dr Tjandra Yoga Aditama mengatakan rokok berhubungan dengan 25 jenis penyakit yang ada di tubuh manusia. Salah satunya yang sering dialami para perokok di Indonesia adalah asma bronkial.
"Fokus kebijakan diarahkan pada perlindungan masyarakat akibat konsumsi rokok dan asap rokok orang lain, terutama pada anak-anak dan remaja, pada perempuan dan kemiskinan akibat konsumsi rokok," tulis Tjandra Yoga dalam rilis yang diterima detikHealth, Senin (4/7/2011).
�
(up/ir)
View the Original article